- See more at: http://waisarifin.blogspot.co.id/2012/11/cara-membuat-efek-daun-musim-gugur-di.html#sthash.Ag7uoFdO.dpuf
Welcome to my blog. Enjoy your journey

Sabtu, 04 Juni 2016

PEMBELAJARAN IPS DI SD SUB-BAB BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, STRATEGI PEMBELAJARAN, PROBLEMATIK IPS DI KELAS TINGGI

Logo unej.png
MAKALAH
BAB
PEMBELAJARAN IPS DI SD
SUB-BAB
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN, STRATEGI PEMBELAJARAN, PROBLEMATIK IPS DI KELAS TINGGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPS
yang Dibimbing Oleh Dra. Rahayu, M.Pd.


OLEH :
Kelompok 8

RINDA AMILIA                       (150210204005)
SIFA MASRUROH                    (150210204044)
SINTA DWI LESTARI              (150210204045)
AJENG ERNANDA AJIZAH    (150210204065)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUSAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015/2016
PEMBAHASAN

A.      Belajar dan Pembelajaran
Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs mengemukakan beberapa pendapat yang melandasi proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran bertujuan memberikan bantuan agar belajar siswa menjadi efektif dan efisien. Jadi, guru hanyalah pemeberi bantuan dan bukan penentu keberhasilan atau kegagalan belajar siswa. Kedua, pembelajaran bersifat terprogram. Pembelajaran dirancang untuk tujuan jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Ketiga, pembelajaran dirancang melalui pendekatan sistem. Karena bila dirancang secara sistematis dipercaya akan mempengaruhi perkembangan murid secara individual. Keempat, pembelajaran yang dirancang harus sesuai berdasarkan pendekatan sistem. Kelima, pembelajaran dirancang berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar.
Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang diinginkan (output). Karena itu, langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran IPS adalah perumusan tujuan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau manusia secara sistematis.
prosesio.png
Terdapat tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Istilah Cognitif berasal dari bahsa latin yaitu: cognito, yang berarti pengetahuan. Berkaitan dengan respon intelektual seseorang. Tujuan IPS pada level pengetahuan tidak cukup untuk membentuk warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia yang baik. Tujuan pembelajaran tersebut harus ditingkatkan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu pemahaman. Pada level ini siswa dituntut mampu menerjemahkan, menyatakan kembali dengan bahasa sendiri, melihat hubungan antara bagian, dan menyimpulkan apa yang mereka baca dan pelajari.
Afektif adalah kategori ranah tujuan pembelajaran. Tingkatan paling rendah yaitu penerimaan, respon, penilaian, organisasi dan karakterisasi. Tujuan selanjutnya adalah penerapan pengetahuan (aplikasi) dalam pemecahan masalah. Siswa dituntut mampu memunculkan masalah dan memecahkannya menurut ilmu IPS yang dimilikinya.
Jenjang analisis menuntut siswa mampu menganalisis suatu fenomena, misalnya tawuran pelajar, korupsi dan sebagainya. Diharapkan pada level ini siswa mampu mengidentifikasi berbagai kekeliruan dalam pemikiran, menunjukkan kesalahan, membedakan fakta, asumsi, pendapat, dugaan, atau kesimpulan. Jenjang selanjutnya, siswa dapat memadukan bagian-bagian menjadi satu kesatuan baru (sintesis). Jenjang terakhir evaluasi.
Kategori ranah pembelajaran IPS yang ketiga adalah ranah psikomotor. Ranah ini memiliki lima jenjang, yaitu imitasi, manipulasi, presesi, artikulasi, dan naturalisasi. Pada imitasi, guru mencontohkan dan siswa mengikutinya. Pada manipulasi, guru memnjelaskan secara lisan., dan murid melaksanakan dengan perbuatan. Pada jenjang presesi, siswa mampu mencontoh karena mendengar dan memahami penjelasan guru. Pada artikulasi, siswa mengkoordinasi bermacam tingkah laku menjadi satu perbuatan yang mempunyai urutan konsisten. Sedangkan pada jenjang naturalisasi, siswa berperilaku secara spontan. Jenjang ini adalah jenjang psikomotor tinggi.

B.       Strategi Pembelajaran IPS
1.        Strategi Pra Pembelajaran
Rancangan pembelajaran disiapkan guru sebelum pembelajaran di kelas dilakukan. Ini merupakan langkah awal strategi pembelajaran, dan perannya sangat menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan pembelajaran.
Langkah kedua strategi pra pembelajaran adalah sosialisasi rancangan pembelajaran yang telah disiapkan guru pada siswa. Siswa harus mengetahui rancangan pembelajaran yang telah disiapkan guru, terutama tujuan pembelajaran yang diharapkan dicapai oleh siswa dan tugas-tugas belajar yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
     Langkah ketiga dalam strategi pra pembelajaran dalam pemberitahuan tugas-tugas belajar yang harus dilakukan siswa dan pemberian motivasi belajar. Pemberian motivasi belajar siswa dilakukan antara lain:
a.    Pemberitahuan manfaat materi ajar tersebut dipelajari.
b.    Pemberitahuan keyakinan bahwa siswa mampu melaksanakan tujuan belajar tersebut.
c.    Pelibatan siswa dan menjadikan mereka faktor utama dalam belajar.
d.   Menjadikan guru sebagai fasilitator kegiatan belajar siswa.
2.    Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu cara atau pola yang digunakan oleh guru di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk- bentuk rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran dikelompokkan menjadi dua. Pertama, strategi pengorganisasian materi ajar. Materi ajar IPS harus diorganisasikan melalui kombinasi pendekatan hierarkis dan pendekatan kelompok sehingga menjadi bangunan struktural materi ajar IPS. Kedua, strategi penyampaian materi ajar, yang sering diistilahkan dengan metode pengajaran atau metode pembelajaran. Pembelajaran IPS lebih tepat menggunakan metode ceramah atau metode inquiry dan discovery.
Dalam metode inquiry atau discovery, siswa misalnya diminta membaca satu buku atau mengamati kegiatan sosial suatu masyarakat. Dari bacaan dan pengamatan kehidupan yang ditugaskan, siswa diminta dikemukakan masalah yang mereka temukan. Masalah tersebut kemudian didiskusikan di kelas, sehingga muncul sebagai hipotesis dari hasil diskusi, siswa diminta kembali untuk membaca buku tertentu atau kembali ke lapangan mengamati peristiwa sosial budaya dari hasil bacaan dan pengamatan di lapangan, siswa diminta menarik kesimpulan apakah hipotesis mereka diterima atau ditolak.
Komponen penting lainnya dalam pembelajaran IPS adalah komponen media pembelajaran. Alat bantu pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk mempermudah atau menjadikan pembelajaran efektif, misalnya penggunaan papan tulis, alat peraga berbentuk peta atau globe.
3.    Strategi Pembelajaran IPS
IPS merupakan program pembelajaran melalui pendekatan multidisiplin dan pendekatan terpadu sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Macam-Macam Strategi Pembelajaran IPS SD:
a.    Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Penanaman konsep merupakan penunjang kemampuan berpikir siswa,Konsep merupakan keadaan  lingkungan ( abstraksi ) dari kesamaan dari jumlah benda atau fenomena. Contoh konsep yakni tanah, sungai, gunung, uang, cuaca dan lain-lain. Pengajaran konsep mengembangkan kemampuan kognitif dari yang terendah sampai tingkat tinggi
Pengajaran konsep dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
Pendekatan induktif dilakukan dengan mengkaji fenomena- fenomena sosial untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya dikembangkan menjadi fakta. Fakta-fakta tersebut dirangkai sehingga menunjukkan adanya suatu kategori atau kesamaan tertentu.
Pendekatan deduktif pengajaran dimulai dengan pemberian konsep dan diteruskan untuk menemukan fakta-fakta yang menjadi bagian konsep.

Pembelajaran kemampuan berpikir termasuk juga didalamnya yaitu suatu kajian terhadap peristiwa, kejadian, fenomena atau situasi ( studu kasus) tertentu yang terjadi di tempat tertentu dan berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan manusia di masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang (S. Hamid Hasan, 1996:192). Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebuah kasus atau kejadian karena peristiwa itu unik serta terbatas pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut dan tidak terulang di tempat yang lain. Contohnya, peristiwa kelahiran.
Isu Kontroversial merupakan pembelajaran kemampuan berpikir bagi siswa, yang mana Muessig (S. Hamid Hassan, 1996:202) menyatakan bahwa isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain. Isu kontroversial lahir dari perbedaan pendapat dan isu kontroversial pun mengakibatkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat muncul dari perbedaan  pandangan seseorang terhadap sebuah fakta.
b.    Strategi Pembelajaran Kemampuan Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pengajaran IPS SD kelas di persekolahan guru dapat mendorong siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masala (problem solving).
Dengan cara pendekatan akan  terjalin sebuah komunikasi yang baik antara guru dengan siswa sehingga antara guru dan siswa tidak ada pembatas. Yang mana jika tidak ada pembatas antara guru dan siswa akan dengan mudah untuk mencari atau mengetahui jalan keluar dari suatu permasalahan.
Inkuiri ialah siswa mampu menemukan jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Pengajaran inkuiri merupakan bentuk pengajaran yang mengenalkan konsep-konsep secara induktif. Perbedaaan yang mendasar antara pengajaran inkuiri dengan pemecahan masalah yakni pengajaran inkuiri lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas pada disiplin ilmu bukan pada masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.  Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa. Tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif.
c.    Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pembelajaran yang menghendaki siswa belajar secara bersama-sama, saling membatu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
d.   Pembelajaran Nilai
Bermain Peran
Suatu proses belajar di mana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain (S.Hamid Hasan, 1996: 265). Dalam proses belajar bermain peran siswa diajak untuk berpikir, berperan, dan bertindak bukan sebagai dirinya tetapi sebagai orang lain.
      Sosio Drama
Ada perbedaan antara sosio drama dengan bermain peran yakni bermain peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan drama sosial membatasi pada permasalahan yang menyangkut aspek sosial dalam masyarakat. Perbedaan yang kedua yakni dalam penentuan peran. Dalam sosio drama sebuah peran dapat ditentukan secara langsung setelah sebuah permasalahan sosial dibahas oleh guru di dalam kelas. Peran yang dimainkan oleh siswa tidak memerlukan persiapan khusus seperti dalam bermain peran. Dalam sosio drama reaksi spontan siswa dalam memainkan peran lebih diutamakan sehingga apa yang dikemukakan siswa sebagai pemegang peran akan berbeda dengan yang aslinya.
e.    Pembelajaran Peta dan Globe
Pembelajaran ketrampilan peta dan globe merupakan salah satu metode dalam pembelajaran geografi. Namun, pembelajaran ini tidak hanya menunjang pembelajaran geografi saja, pembelajaran sejarah, pendidikan kewarganegaraan, sosiologi bahkan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu membaca dan menunjukkan tempat serta analisa dalam peta dan grafik. Kita ketahui peta tidak hanya menunjukkan lokasi satu daerah namun, dalam peta memiliki segudang informasi mengenai penduduk, tempat wisata, pertambangan dan lain-lain.
f.     Pembelajaran Aksi Sosial
Newmann (1975:8) model pembelajaran aksi sosial merupakan pola dan aktivitas belajar siswa baik di dalam atau dengan kelompok yang dilakukan dengan keterlibatan masyarakat sebagai aktivitas di mana siswa mendemonstrasikan kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial. Misalnya menyelenggarakan studi, partisipasi kerja secara sukarela, aktif mengadakan pendampingan di dalam atau di luar sekolah, dan aktivitas nyata siswa untuk mempengaruhi kebijakan public di masyarakat yang dilakukan di luar sekolah.
Nasution (1997:179): model pembelajaran aksi social sebagai suatu teknik mengajar guna membantu anak didik mengembangkan kompetensi social atau kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam perbaikan masyarakat.


C.      Problematika Pembelajaran IPS di Kelas Tinggi
Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, Strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode (multi metode), digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dari lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya akan dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungannya.
Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh niai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul Suparno, SJ. sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan, dengan mengajarkan pokok-pokoknya otomatis kita dapat mengatasi perkembangan saat ini.
Dalam pembelajaran IPS kelas tinggi ada beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa, dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 
a.    Siswa kurang dapat mengembangkan nilai dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. 
b.    Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa. 
   



KESIMPULAN

Pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan sistem berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. PembelajaranIPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang diinginkan (output). Tujuan pembelajaran, termasuk IPS, berorientasi pada siswa. Terdapat tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam garis besarnya strategi pembelajarannya, termasuk IPS, dikelompokan menjadi strategi pra pembelajran, strategi dalam pembelajaran dan strategi tindak lanjut.
Metode pembelajaran yang dilakukan menjadi dua bagian besar, metode ekspositori dan metode inquiri, hanya sebatas kepada metode pembelajaran untuk ranah kognitif. Untuk ranah afektif terdapat metode lain seperti metode sosiodrama, metode klarifikasi nilai, metode simulasi, metode brainstorming, dan sebagainya. Metode pembelajaran untuk ranah psikomotor terdapat sejumlah metode pembelajaran seperti metode praktikum, metode proyek, metode role playing dan sebagainya. Semuajenis metode pembelajaran ini harus dikuasi guru-guru IPS.
Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh niai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Dalam pembelajaran IPS kelas tinggi ada beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa. Selain itu, dalam pembelajaran IPS belum dilaksakan dengan baik karena terdapat hambatan-hambatan.



DAFTAR PUSTAKA


Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta



0 komentar:

Posting Komentar