
MAKALAH
BAB
PEMBELAJARAN
IPS DI SD
SUB-BAB
BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN, STRATEGI PEMBELAJARAN, PROBLEMATIK IPS DI KELAS TINGGI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Pendidikan IPS
yang Dibimbing Oleh Dra. Rahayu,
M.Pd.
OLEH :
Kelompok 8
RINDA AMILIA (150210204005)
SIFA MASRUROH (150210204044)
SINTA DWI LESTARI
(150210204045)
AJENG ERNANDA AJIZAH (150210204065)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUSAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015/2016
PEMBAHASAN
A. Belajar dan Pembelajaran
Robert
M. Gagne dan Leslie J. Briggs mengemukakan beberapa pendapat yang melandasi
proses pembelajaran. Pertama, pembelajaran bertujuan memberikan bantuan agar
belajar siswa menjadi efektif dan efisien. Jadi, guru hanyalah pemeberi bantuan
dan bukan penentu keberhasilan atau kegagalan belajar siswa. Kedua, pembelajaran
bersifat terprogram. Pembelajaran dirancang untuk tujuan jangka pendek, menengah
ataupun jangka panjang. Ketiga, pembelajaran dirancang melalui pendekatan
sistem. Karena bila dirancang secara sistematis dipercaya akan mempengaruhi
perkembangan murid secara individual. Keempat, pembelajaran yang dirancang harus
sesuai berdasarkan pendekatan sistem. Kelima, pembelajaran dirancang
berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar.
Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar adalah mata
pelajaran yang mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya
dalam masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan
mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang
memiliki karakteristik yang diinginkan (output). Karena itu, langkah pertama
dalam merencanakan pembelajaran IPS adalah perumusan tujuan pembelajaran
tersebut. Tujuan pembelajaran IPS adalah
memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau
manusia secara sistematis.

Terdapat
tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Istilah Cognitif berasal
dari bahsa latin yaitu: cognito, yang
berarti pengetahuan. Berkaitan dengan respon intelektual seseorang. Tujuan IPS
pada level pengetahuan tidak cukup untuk membentuk warga masyarakat, warga
negara, dan warga dunia yang baik. Tujuan pembelajaran tersebut harus
ditingkatkan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu pemahaman. Pada level ini
siswa dituntut mampu menerjemahkan, menyatakan kembali dengan bahasa sendiri,
melihat hubungan antara bagian, dan menyimpulkan apa yang mereka baca dan
pelajari.
Afektif
adalah kategori ranah tujuan pembelajaran. Tingkatan paling rendah yaitu
penerimaan, respon, penilaian, organisasi dan karakterisasi. Tujuan selanjutnya
adalah penerapan pengetahuan (aplikasi) dalam pemecahan masalah. Siswa dituntut
mampu memunculkan masalah dan memecahkannya menurut ilmu IPS yang dimilikinya.
Jenjang
analisis menuntut siswa mampu menganalisis suatu fenomena, misalnya tawuran
pelajar, korupsi dan sebagainya. Diharapkan pada level ini siswa mampu
mengidentifikasi berbagai kekeliruan dalam pemikiran, menunjukkan kesalahan,
membedakan fakta, asumsi, pendapat, dugaan, atau kesimpulan. Jenjang
selanjutnya, siswa dapat memadukan bagian-bagian menjadi satu kesatuan baru
(sintesis). Jenjang terakhir evaluasi.
Kategori
ranah pembelajaran IPS yang ketiga adalah ranah psikomotor. Ranah ini memiliki
lima jenjang, yaitu imitasi, manipulasi, presesi, artikulasi, dan naturalisasi.
Pada imitasi, guru mencontohkan dan siswa mengikutinya. Pada manipulasi, guru
memnjelaskan secara lisan., dan murid melaksanakan dengan perbuatan. Pada
jenjang presesi, siswa mampu mencontoh karena mendengar dan memahami penjelasan
guru. Pada artikulasi, siswa mengkoordinasi bermacam tingkah laku menjadi satu
perbuatan yang mempunyai urutan konsisten. Sedangkan pada jenjang naturalisasi,
siswa berperilaku secara spontan. Jenjang ini adalah jenjang psikomotor tinggi.
B. Strategi Pembelajaran IPS
1.
Strategi
Pra Pembelajaran
Rancangan
pembelajaran disiapkan guru sebelum pembelajaran di kelas dilakukan. Ini
merupakan langkah awal strategi pembelajaran, dan perannya sangat menentukan
bagi keberhasilan atau kegagalan pembelajaran.
Langkah
kedua strategi pra pembelajaran adalah sosialisasi rancangan pembelajaran yang
telah disiapkan guru pada siswa. Siswa harus mengetahui rancangan pembelajaran
yang telah disiapkan guru, terutama tujuan pembelajaran yang diharapkan dicapai
oleh siswa dan tugas-tugas belajar yang harus mereka lakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Langkah ketiga dalam strategi pra
pembelajaran dalam pemberitahuan tugas-tugas belajar yang harus dilakukan siswa
dan pemberian motivasi belajar. Pemberian motivasi belajar siswa dilakukan
antara lain:
a.
Pemberitahuan manfaat materi ajar
tersebut dipelajari.
b.
Pemberitahuan keyakinan bahwa siswa
mampu melaksanakan tujuan belajar tersebut.
c.
Pelibatan siswa dan menjadikan mereka
faktor utama dalam belajar.
d. Menjadikan
guru sebagai fasilitator kegiatan belajar siswa.
2.
Strategi
Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan
suatu cara atau pola yang digunakan oleh guru di dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk- bentuk rangkaian
perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya
tujuan-tujuan pembelajaran.
Strategi
pembelajaran dikelompokkan menjadi dua. Pertama, strategi pengorganisasian
materi ajar. Materi ajar IPS harus diorganisasikan melalui kombinasi pendekatan
hierarkis dan pendekatan kelompok sehingga menjadi bangunan struktural materi
ajar IPS. Kedua, strategi penyampaian materi ajar, yang sering diistilahkan
dengan metode pengajaran atau metode pembelajaran. Pembelajaran IPS lebih tepat
menggunakan metode ceramah atau metode inquiry
dan discovery.
Dalam
metode inquiry atau discovery, siswa misalnya diminta membaca satu buku atau
mengamati kegiatan sosial suatu masyarakat. Dari bacaan dan pengamatan
kehidupan yang ditugaskan, siswa diminta dikemukakan masalah yang mereka
temukan. Masalah tersebut kemudian didiskusikan di kelas, sehingga muncul
sebagai hipotesis dari hasil diskusi, siswa diminta kembali untuk membaca buku
tertentu atau kembali ke lapangan mengamati peristiwa sosial budaya dari hasil
bacaan dan pengamatan di lapangan, siswa diminta menarik kesimpulan apakah
hipotesis mereka diterima atau ditolak.
Komponen
penting lainnya dalam pembelajaran IPS adalah komponen media pembelajaran. Alat
bantu pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan guru untuk mempermudah
atau menjadikan pembelajaran efektif, misalnya penggunaan papan tulis, alat
peraga berbentuk peta atau globe.
3. Strategi Pembelajaran IPS
IPS
merupakan program pembelajaran melalui pendekatan multidisiplin dan pendekatan
terpadu sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Macam-Macam Strategi
Pembelajaran IPS SD:
a.
Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Penanaman konsep merupakan penunjang kemampuan
berpikir siswa,Konsep merupakan keadaan lingkungan ( abstraksi ) dari
kesamaan dari jumlah benda atau fenomena. Contoh konsep yakni tanah, sungai,
gunung, uang, cuaca dan lain-lain. Pengajaran konsep mengembangkan kemampuan
kognitif dari yang terendah sampai tingkat tinggi
Pengajaran konsep dapat dilakukan melalui dua
pendekatan:
Pendekatan induktif dilakukan dengan mengkaji
fenomena- fenomena sosial untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya
dikembangkan menjadi fakta. Fakta-fakta tersebut dirangkai sehingga menunjukkan
adanya suatu kategori atau kesamaan tertentu.
Pendekatan deduktif pengajaran dimulai dengan
pemberian konsep dan diteruskan untuk menemukan fakta-fakta yang menjadi bagian
konsep.
Pembelajaran kemampuan berpikir termasuk juga
didalamnya yaitu suatu kajian terhadap peristiwa, kejadian, fenomena atau
situasi ( studu kasus) tertentu yang terjadi di tempat tertentu dan berhubungan
dengan aspek-aspek kehidupan manusia di masa lalu, masa kini atau masa yang
akan datang (S. Hamid Hasan, 1996:192). Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebuah
kasus atau kejadian karena peristiwa itu unik serta terbatas pada waktu dan
tempat terjadinya peristiwa tersebut dan tidak terulang di tempat yang lain. Contohnya,
peristiwa kelahiran.
Isu Kontroversial merupakan pembelajaran kemampuan
berpikir bagi siswa, yang mana Muessig (S. Hamid Hassan, 1996:202) menyatakan
bahwa isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau
kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain. Isu
kontroversial lahir dari perbedaan pendapat dan isu kontroversial pun
mengakibatkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat muncul dari
perbedaan pandangan seseorang terhadap sebuah fakta.
b. Strategi Pembelajaran
Kemampuan Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pengajaran IPS SD kelas di persekolahan guru
dapat mendorong siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan
masala (problem solving).
Dengan cara pendekatan akan terjalin sebuah
komunikasi yang baik antara guru dengan siswa sehingga antara guru dan siswa
tidak ada pembatas. Yang mana jika tidak ada pembatas antara guru dan siswa
akan dengan mudah untuk mencari atau mengetahui jalan keluar dari suatu
permasalahan.
Inkuiri ialah siswa mampu menemukan jawaban sendiri
dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Pengajaran inkuiri merupakan bentuk
pengajaran yang mengenalkan konsep-konsep secara induktif. Perbedaaan yang
mendasar antara pengajaran inkuiri dengan pemecahan masalah yakni pengajaran
inkuiri lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang
terbatas pada disiplin ilmu bukan pada masalah yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
Kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud
tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa. Tetapi
dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang
bekerja secara kooperatif.
c. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
pembelajaran yang menghendaki siswa belajar secara bersama-sama, saling membatu
satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok
mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
d.
Pembelajaran Nilai
Bermain Peran
Suatu proses belajar di mana siswa melakukan sesuatu
yang dilakukan orang lain (S.Hamid Hasan, 1996: 265). Dalam proses belajar
bermain peran siswa diajak untuk berpikir, berperan, dan bertindak bukan
sebagai dirinya tetapi sebagai orang lain.
Sosio Drama
Ada perbedaan antara sosio drama dengan bermain peran
yakni bermain peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan drama sosial
membatasi pada permasalahan yang menyangkut aspek sosial dalam masyarakat.
Perbedaan yang kedua yakni dalam penentuan peran. Dalam sosio drama sebuah
peran dapat ditentukan secara langsung setelah sebuah permasalahan sosial
dibahas oleh guru di dalam kelas. Peran yang dimainkan oleh siswa tidak
memerlukan persiapan khusus seperti dalam bermain peran. Dalam sosio drama reaksi
spontan siswa dalam memainkan peran lebih diutamakan sehingga apa yang
dikemukakan siswa sebagai pemegang peran akan berbeda dengan yang aslinya.
e. Pembelajaran Peta dan Globe
Pembelajaran ketrampilan peta dan globe merupakan
salah satu metode dalam pembelajaran geografi. Namun, pembelajaran ini tidak
hanya menunjang pembelajaran geografi saja, pembelajaran sejarah, pendidikan
kewarganegaraan, sosiologi bahkan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran ini
siswa diharapkan mampu membaca dan menunjukkan
tempat serta analisa dalam peta dan grafik. Kita ketahui peta tidak hanya
menunjukkan lokasi satu daerah namun, dalam peta memiliki segudang informasi
mengenai penduduk, tempat wisata, pertambangan dan lain-lain.
f.
Pembelajaran Aksi Sosial
Newmann (1975:8) model pembelajaran aksi sosial
merupakan pola dan aktivitas belajar siswa baik di dalam atau dengan kelompok
yang dilakukan dengan keterlibatan masyarakat sebagai aktivitas di mana siswa
mendemonstrasikan kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial. Misalnya
menyelenggarakan studi, partisipasi kerja secara sukarela, aktif mengadakan
pendampingan di dalam atau di luar sekolah, dan aktivitas nyata siswa untuk
mempengaruhi kebijakan public di masyarakat yang dilakukan di luar sekolah.
Nasution (1997:179): model pembelajaran aksi social
sebagai suatu teknik mengajar guna membantu anak didik mengembangkan kompetensi
social atau kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam
perbaikan masyarakat.
C. Problematika Pembelajaran IPS di
Kelas Tinggi
Penanaman
sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat
dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
Dengan kata lain, Strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan
untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok
bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode (multi metode),
digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang
baik pada diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah
pada mereka, sikap mentalnya juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dari
lingkungannya, sehingga tingkah laku dan tindakannya tidak menyimpang dari
nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya akan
dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap
lingkungannya.
Pengajaran
IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat
memperkenalkan seluruh niai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena
itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang
pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Menurut Paul Suparno, SJ. sikap dan
tingkah laku yang berlaku umum, yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan
mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan,
dengan mengajarkan pokok-pokoknya otomatis kita dapat mengatasi perkembangan
saat ini.
Dalam pembelajaran IPS kelas tinggi ada beberapa kesulitan
yang dialami oleh siswa, dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a.
Siswa kurang dapat
mengembangkan nilai dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Pengajaran IPS
dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat
memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa.
KESIMPULAN
Pembelajaran
IPS yang berlandaskan pendekatan sistem berorientasi pada pencapaian tujuan
belajar. PembelajaranIPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa
sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang
diinginkan (output). Tujuan pembelajaran, termasuk IPS, berorientasi pada
siswa. Terdapat tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam garis
besarnya strategi pembelajarannya, termasuk IPS, dikelompokan menjadi strategi
pra pembelajran, strategi dalam pembelajaran dan strategi tindak lanjut.
Metode
pembelajaran yang dilakukan menjadi dua bagian besar, metode ekspositori dan
metode inquiri, hanya sebatas kepada metode pembelajaran untuk ranah kognitif. Untuk
ranah afektif terdapat metode lain seperti metode sosiodrama, metode
klarifikasi nilai, metode simulasi, metode brainstorming, dan sebagainya.
Metode pembelajaran untuk ranah psikomotor terdapat sejumlah metode
pembelajaran seperti metode praktikum, metode proyek, metode role playing dan
sebagainya. Semuajenis metode pembelajaran ini harus dikuasi guru-guru IPS.
Pengajaran
IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat
memperkenalkan seluruh niai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena
itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang
pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia. Dalam
pembelajaran IPS kelas tinggi ada beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa.
Selain itu, dalam pembelajaran IPS belum dilaksakan dengan baik karena
terdapat hambatan-hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,
Rudy. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta
0 komentar:
Posting Komentar