
MAKALAH
Periodisasi dan Perkembangan Bimbingan konseling di
Indonesia
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Nama Anggota :
Ari Tri Wulandari (150210204003)
Rinda Amilia Putri (150210204005)
Fara Himmatur R
(150210204007)
Tri Ayu Wulansari (150210204012)
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Jember
2015
Perodisasi
dan Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia
Istilah Bimbingan dan
Konseling sudah sangat popular saat ini, bahkan peranannya sangat penting dalam
sistem pendidikan kita. Ini semua terbukti karena Bimbingan dan Konseling
telah dimasukkan dalam kurikulum dan bahkan merupakan ciri khas dari
kurikulum SMP dan SMA/SMK di seluruh Indonesia. Bimbingan dan Konseling
merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya).
Konsep bimbingan dan
konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang
“developing one’s potential” (pengembangan potensi individu) dapat ditelusuri
dari masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan tentang upaya-upaya untuk mengembangkan
dan memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi
peranannya di masyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan
yang berguna, bermanfaat, atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun
masyarakat.
Bimbingan Konseling
merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu
pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan Stone,
bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata
latin “Consilum” yang berarti “dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau
“memegang”. Maka dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.
Perkembangan
bimbingan dan konseling di Indonesia
Perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Penggunaan
istilah Guidance dan Counseling di Indonesia yang tetap menggunakan istilah yang
disingkat GC, Bimbingan dan Penyuluhan
yang disingkat BP. Sekarang secara nasional disebut Bimbingan dan Konseling
dengan singkatan BK.
BK secara formal
dibicarakan oleh para ahli pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun
1958, Drs. Tohari Musnamar, dosen IKIP Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan
BK di sekolah untuk pertama kalinya di SMA Teladan Yogyakarta. Tahun 1960
diadakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa
bimbingan dan konseling dimasukan dalam FKIP. Pada tahun 1961 mulai diadakan
layanan bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak saat
itulah BK di Indonesia dimulai.
Pada kurikulum 1975
untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan dicantumkan
secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan disetiap
sekolah. Perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sangat
dirasakan perlu dan pentingnya ada pembimbing khusus mengenai bimbingan dan
konseling di sekolah.
Perumusan dan
pencantuman resmi dalam rencana pembelajaran SMA disusul dengan berbagai
pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Puncaknya didirikannya
jurusan bimbingan dan penyuluhan di FKIP negeri. Salah satunya adalah UPI pada
tahun 1963. Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui
proyek pembaharuan pendidikan yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) yang diuji coba di delapan IKIP.
Secara formal BK
diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang menyatakan
bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan integral dalam sistem pendidikan di
sekolah. Tahun 1975 bergiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di
Malang. Dalam dekade tahun 80an bimbingan diupayakan agar lebih mantap untuk
mewujudkan layanan bimbingan yang profesional dengan penyempurnaan kurikulum
1975 ke kurikulum 1984 telah di dalamnya dimasukkan bimbingan karir.
Pelayanan Konseling dalam system pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah
mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di
sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan
ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya.
Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Masa ini merupakan masa
penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi emi kepentingan
penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa
Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia
melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H.
Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut
pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan
bimbingan.
Perodisasi
Bimbingan Konseling di Indonesia
Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang periodisasi perkembangan gerakan bimbingan
dan konseling, di Indonesia ada melalui lima periode, yaitu
periode prawancara, pengenalan, permasyarakatan, konsolidasi, dan tinggal
landas.
Periode I dan II: (Sebelum 1960 sampai
1970-an) Prawacana dan Pengenalan
Pada periode prawacana
(periode I) pembicaraan tentang konseling (istilah yang dipakai semula
bimbingan dan penyuluhan, disingkat BP) telah dimulai, terutama oleh para
pendidik pernah mempelajari di luar negeri. Periode awal ini berpuncak pada
dibukanya jurusan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) pada tahun 1963 (periode II) di
IKIP Bandung (sekarang UPI). Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode
kedua yang secara langsung memperkenalkan pelayanan BP kepada masyarakat
akademik dan masyarakat pendidik serta membina tenaga untuk melaksanakannya.
Periode III (1970 sampai 1990-an)
Pemasyarakatan
Puncak dari periode
kedua, dan sekaligus sebagai awal dari periode ketiga ialah diberlakukannya
Kurikulum 1975 (periode III) untuk Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas.
Kurikulum baru ini secara resmi mengintegrasikan ke dalamnya pelayanan BP untuk
siswa. Seiring dengan menyatunya BP ke sekolah, terbentuk pula organisasi
profesi BP dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) pada tahun
1975 (periode III). Dalam pemberlakuan Kurikulum 1984 (kira-kira 10 tahun
setelah kurikulum 1975) pelayanan BP difokuskan pada bidang bimbingan karier
(periode III) melalui paket-paket yang disusun secara khusus. Dalam kaitan itu
berkembang pemahaman yang mengindentikkan bimbingan karier dengan bimbingan
penyuluhan, sehingga pada waktu itu ada istilah BK/BP.
Periode IV: Konsolidasi (1990-2000)
Situasi yang kurang
menggembirakan pada akhir 1980- awal 1990-an saat i, IPBI sebagai organisasi
profesi yang ikut bertanggung jawab atas kebenaran profesi konseling dan mutu
pelayanannya, berusaha keras untuk mengubah kebijakan “BP oleh semua guru” itu
Keadaan seperti itu
harus direformasikan. Upaya ini menandai mulainya periode keempat, yaitu
konsolidasi. Dalam periode ini sangatlah diharapkan seluruh perangkat profesi,
baik segi keilmuannya, para pelaksana, maupun pelaksanaannya di lapangan
dikonsolidasi sehingga menjadi satu kesatuan sosok profesi yang utuh dan
berwibawa. Sejumlah hal dapat dicatat sebagai butir-butir yang menandai periode
ini (periode IV), yaitu:
1. Diubahnya secara
resmi kata penyuluhan menjadi konseling, istilah yang dipakai sekarang adalah:
bimbingan dan konseling, disingkat BK.
2. Pelayanan BK di
sekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara khusus ditugasi
untuk itu tidak lagi oleh sembarang guru yang dapat ditugasi sebagai guru
pembimbing.
3. Mulai
diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-guru pembimbing
4. Mulai adanya
formasi untuk pengangkatan menjadi guru pembimbing
5. Pola pelayanan BK
di sekolah “dikemas” dalam “BK pola-17”.
6. Dalam bidang
kepengawasan sekolah dibentuk kepengawasan bidang BK.
Bimbingan
Berdasarkan Pancasila
Bimbingan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang
amat besar dalam mewujudkan manusia pancasila. Karena itu seluruh kegiatan
bimbingan di Indonesia tidak lepas dari Pancasila baik secara konseptual maupun
operasional. Secara singkat dapat dikatakan bahwa hakikat bimbingan berdasarkan
Pancasila adalah keseluruhan upaya bimbingan yang bertitik tolak dari manusia
Pancasila, dilaksanakan oleh pembimbing Pancasilais, untuk membantu terbimbing
dalam mewujudkan diri sebagai manusia Pancasila, dan berlangsung melalui
proses, dan suasana yang sesuai dengan Pancasila.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar