
Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Pendidikan IPA yang Dibimbing Oleh Bapak Drs. Nuriman, Ph.D.
Oleh:
Kelompok 2
Septi Nur Cahyani (150210204004)
Rinda Amilia Putri (150210204005)
Sifa Masruroh (150210204044)
Sinta Dwi Lestari (150210204045)
Ajeng Ernanda Ajizah (150210204065)
Kelas
B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015/2016
TEORI
BELAJAR BRUNER
1. Konsep Teori Belajar Bruner
Bruner
yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari
Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar
pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner
banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana
manusia belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan menstransformasi pengetahuan.
Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemeroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
Ada
tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi
baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui
kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan
atau mendengarkan audiovisualdan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat
penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan proses
transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan
pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang
diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak
agar suatu saat dapat dimanfaatkan.
Bruner,
melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya
diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang
secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep. Melalui
alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana
keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan
tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah melekat pada
dirinya. Peran guru dalam penyelenggaraan pelajaran tersebut, (a) perlu
memahami sturktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif suapaya seorang
dapat menemukan sendiri konep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar,
(c) pentingnya nilai berfikir induktif.
Dengan
demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu
pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu
disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak
agarpengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif)
orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari
itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik
dan model tahap simbolik. Bila dikaji ketiga model penyajian yang dikenal
dengan teori Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Model Tahap Enaktif
Pada tahap ini anak
secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak atik objek). Dimana anak pada dasarnya
mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya. Pada tahap ini anak belajar sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini
anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu
dari berbuat atau melakukan sesuatu.
2.
Model Tahap Ikonik
Dalam tahap ini
kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan
disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,
berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti
yang dilakukan siswa
dalam tahap enaktif. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk
bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan
kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif
tersebut di atas (butir a). Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media
berpikir. Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan menggunakan penyajian
ikonik yang didasarkan pada pengindraan kepenyajian simbolik yang didasarkan
pada berpikir abstrak.
3.
Model Tahap simbolik
Anak memanipulasi
simbol-simbol atau lambang objek tertentu. yaitu simbol-simbol
arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata,
kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambanglambang abstrak
yang lain.Anak
tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung
objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan
berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan
idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
2.
Metode
Penemuan
Satu
hal menjadikan Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar
dari pada hasil belajar. Oleh karena itu, menurut Bruner metode belajar
merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan
pemerolehan khusus. Metode yang sangat didukungnya yaitu metode
penemuan(discovery).Discovery learning dari Buner, merupakan model pengajaran
yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan
prinsipprinsip konstruktivis. Di dalam discover learningsiswa didorong untuk
belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsepkonsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong
siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu
tetapi memberkan
kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini
membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai
menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan secara mandiri dengan
ketrampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan memanipulasi
informasi. Penemuan yang dimaksud disini bukan penemuan sungguh-sungguh, sebab
apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang. Jadi penemuan di sini
ialah penemuan pura-pura, atau penemuan bagi siswa yang bersangkutan saja. Pula
penemuannya itu mungkin hanya sebagian saja, sebab sebagian lagi mungkin diberi
tahu guru.
Metoda
penemuan adalah metoda mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga
anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak
melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan
penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara
menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah
dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Pembelajaran
menurut Bruner adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi
sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan
mereka menemukan dan memecahkan masalah. Nampaklah, bahwa Bruner sangat
menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh. Lebih disukai
lagi bila proses ini berlangsung di tempat yang khusus, yang dilengkapi dengan
objek-objekuntuk dimanipulasi anak, misalnya laboratorium. Dengan metode ini
anak didorong untuk memahami suatu fakta dan hubungannya yang belum dia paham
sebelumnya, dan yang belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang lain.
Manfaat
belajar penemuan adalah sebagai berikut:
1.
Belajar penemuan dapat digunakan untuk
menguji apakah belajar sudah bermakna
2.
Pengetahuan yang diperoleh siswa akan
tertinggal lama dan mudah diingat
3.
Belajar penemuan sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar adar siswa dapat
mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima
4.
Transfer dapat ditingkatkan dimana
generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa dari pada disajikan dalam
bentuk jadi
5.
Penggunaan belajar penemuan mungkin
mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasiswa
6.
Meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Adapun
tahap-tahap Penerapan Belajar Penemuan
1.
Stimulus ( pemberian perangsang/simuli)
Kegiatan belajar di mulai dengan memberikan
pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca
buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah
2.
Problem Statement (mengidentifikasi
masalah)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyakmungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran
kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari
masalah tersebut);
3.
Data collecton ( pengumpulan data)
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesa tersebut;
4.
Data Prosessing (pengolahan data)
Yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan
5.
Verifikasi
Mengadakan pemerksaan secara cermat untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan
hasil dan processing
6.
Generalisasi
Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verivikasi. (Muhibbin
Syah,1995) dalam Paulina Panen (2003; Hal.3.16).
3. Penerapan Model
Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD
Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas,
Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan
bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata. Peranan guru dalam
pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang
penuntun untuk mendapatkan informasi.
4. Cara Pembelajaran IPA
di SD Berdasarkan Model Bruner
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara
langsung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran
ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
a)
Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi
pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan
informasi perolehan.
b)
Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka
dia akan mengingat lebih lama.
Langkah-langkah
penerapan dalam pembelajaran :
a)
Sajikan contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang
anda ajarkan.
Contoh : misalnya dalam
mengajarkan mamalia contohnya : manusia, kucing, lumba-lumba, ikan paus.
Sedangkan non contohnya adalah
ayam, ikan, katak, buaya, dan lain-lain.
b)
Bantu belajar untuk melihat adanya hubungan antara
konsep-konsep.
Contoh : beri pertanyaan seperti
berikut ini “apakah ada sebutan lain untuk hewan yang menyusui?” (mamalia).
“Hewan mamalia hidup di?” (hewan mamalia bisa hidup di darat maupun di air)
c)
Beri satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha
mencari jawabannya sendiri.
Contoh :
·
Bagaimana terjadinya embun?
·
Apakah ada perbedaan antara hewan herbivora,
karnivora, dan omnivora?
d) Ajak dan beri
semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Contoh :
·
Beri belajar tentang pernafasan manusia, dan
menyebutkan organ-organ manusia yang digunakan untuk bernafas.
·
Jangan berkomentar terlebih dahulu atas jawaban siswa,
kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu untuk berfikir dan mencari
jawaban yang sebenarnya dan lain-lain.
5. Kelebihan dan
Kelemahan Teori Jerome Bruner
Kelebihan dari Teori
Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning)adalah :
a) Belajar penemuan
dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
b) Pengetahuan yang
diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
c) Belajar penemuan
sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar
agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
d) Transfer dapat
ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar
daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e) Penggunaan belajar
penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
f) Meningkatkan
penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah
(Ahmadi,2005:79) :
a) Belajar Penemuan ini
memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif.
b) Teori belajar seperti
ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah
dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar